Kalau masjid merupakan sebuah wadah untuk
mahluk yang bernama manusia membungkukan badannya, menyungkurkan kepalanya,
menyandarkan semua kehidupan ini hanya kepada Allah, berarti masjid pada
hakekatnya adalah simbol kepasrahan total terhadap sang pemilik kehidupan ini,
jika memang sekarang ini masjid menjadi sunyi, sepi mungkin saja para
manusianya masih belum membutuhkan Allah sebagai penolong, kecendrungan manusia
modern sekarang justru malah menjauhi masjid, padahal manusia hanya diberikan
kebebasan dalam bentuk qadha, tapi pada hakekatnya adalah yang
dibutuhkan manusia adalah qhadar. Silahkan anda berusaha dan membuat
beribu ribu rencana dan planning kehidupan, mempersiapkan berbagai macam bentuk
plan untuk masa depan, mulai dari asuransi kesehatan, kesuksesaan karier
kehidupan, gelar akademisi, atau bahkan jabatan dalam struktur kepemerintahan.
Sesuaikah dengan rencana awal yang anda susun?
Rasulullah sebagai uswatun hasanah
dan sekaligus sebagai sang pembocor rahasia langit sering mengingatkan kepada
sahabatnya, agar setiap apapun yang akan dilakukan untuk berdoa terlebih
dahulu, yang saya pahami disini adalah doa sebelum melakukan apapun itu baik
yang kecil kecil apalagi yang besar besar untuk mengutamakan berdoa terlebih
dahulu, artinya Allah di ikut sertakan dalam
setiap plan, karena pada hakekatnya adalah kita hanya menawar
keridhoanya, terwujud atau tidaknya sebuah keinginan semuanya tergantung keputusaan Allah yang memliki hak prerogratif. Itu alasan
yang pertama, kemudian alasan yang keduanya adalah, doa untuk memfilter setiap
rencana dan palaning yang kita susun adalah baik untuk kita, karena sebenarrya
kita sendiri tidak benar benar mengetahui apakah keinginan yang kita damba
dambakan itu baik untuk kita atau bahkan akan menjadi racun dalam kehidupan
yang sedang kita jalani ini.
Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal
ia amat baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk
bagimu, Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui (Al Baqoroh : 216)
paham saya dalam firman Allah ini adalah keterbatasan
kita sebagai manusia dalam hal ilmu, disinilah perlu mengikut sertakan Allah
sebagai dzat yang memang memiliki potensi mengetahui segalanya, supaya
keinginan dan planning kita sebagai manusia tidak menjadi boomerang untuk kita.
Oleh karena itu Rasulullah menyatakan bahwa senjatanya orang mukmin adalah doa.
Seperti yang saya jelaskan di atas doa disini saya pahami sebagai mengikut
sertakan Allah, jadi Allah lah yang akan memfilter setiap keinginan dan cita
cita kita, ketika memang keinginan itu baik maka Allah kabulkan, dan jika
memang akan membahayakan, maka Allah tidak mewujudkannya.
Berangkat dari ‘merasa’ tidak mengetahui
apapun yang akan kita hadapi nantinya, maka jalan satu satunya adalah
memasrahkan apapun itu secara total kepada sang maha mengetahui, mengangkat
kedua tangan kita sebagai bentuk penyerahan diri, membungkukan badan kita
sebagai bukti kita rendah jika dihadapan Allah, dan menyungkurkan kepala kita
sebagai pengakuan bahwa memang yang berhak terhadap kehidupan semua ini adalah
Allah yang maha tinggi. Mengankat kedua tangan kita, membungkukan badan dan
menyungkurkan kepala tempatnya adalah di masjid. Karena memang masjid di bangun
oleh masyarakat diperuntukan untuk mendirikan shalat, yang sebgaimana kita
ketahui dalam gerakan shalat kita dapati mengankat tangan (takbir), membungkuk
(rukuk) dan menyungkurkan kepala (sujud). Jadi jika seseorang semakin ‘menjauhi’
masjid bisa saja di tafsirkan secara kasar bahwa orang tersebut masih merasa
Allah bukan satu satunya yang dijadikan sandaran, penolong, dan tujuan
hidupnya.
Dalam al quran kata masjid terulang
sebanyak dua puluh delapan kali, dari segi bahasa kata masjid di ambil dari
kata sajada-sujud yang berarti patuh, ta’at serta tunduk dengan hormat dan
takzim. Meletakan dahi, kedua tangan, lutut, dan kaki kebumi yang kemudian
dinamai dengan sujud, inilah sebabnya mengapa bangunan yang di khususkan untuk
mendirikan shalat di sebut masjid yang memiliki arti tempat bersujud. Jadi bisa
kita tafsirkan bahwa orang orang yang suka mengunjungi masjid adalah orang
orang yang memasrahkan hidupnya kepada Allah dan menjadikan Allah sebagai satu
satunya sandaran selama menjalani lakon didunia ini.
Sesungguhnya masjid masjid itu milik Allah,
janganlah menyembah selain Allah sesuatu apapun ( Al Jin : 18) pada perakteknya
yang kita lihat sehari hari tidak sedikit manusia yang bersembunyi di balik
ketiak selain Allah, entah itu dalam urusan keuangan, keamanan atau karir masa
depan. Ketidak yakinan manusia terhadap Allah sebagai sang pemberi segalanya
ini mulai redup atau bahkan sudah gelap gulita dalam alam pikiran kebanyakan
manusia, sehingga tidak terbesit di dalam pikirannya untuk bermunajat kepada
Allah. Masjid yang di simbolkan manusia itu sendiri sebagai rumah Allah mulai
sepi dikunjungi, mulai banyak di hindari manusia, atau jangan jangan sengaja
akan di tinggalkan oleh orang orang yang katanya sebagai pengikut nabi Muhammad.
Ah rasanya kalau Nabi Muhammad masih ada mungkin beliau yang akan memukulkan
tongkatnya kepada yang mengaku sebagai umatnya sambil berkata “irji’i…..
irji’i ila robbiki”
Mungkin saja zaman yang sudah menggeser
nilai kesadaran tentang pentingnya menempelkan dahinya didalam masjid sebagai
salah satu benteng dari gempuran budaya barat yang masuk tanpa sensor, atau
memang manusianya sudah sibuk berlomba lomba menumpuk numpuk kekayaan sebagai
ajang adu pamor di tengah tengah persaingan karir kehidupan, dan membiarkan
masjid berdiam diri dengan kesunyiannya ditengah tengah kampung yang
penduduknya sudah enggan untuk menghampirinya. Adakalanya kita memang harus
mempunyai rasa sedikit memiliki terhadap bangunan yang didirikan dengan
kesadaran murni bahwa masjid adalah wadah untuk orang orang yang memasrahkan
kehidupannya terhadap yang Maha segalanya.