Jumat, 27 Januari 2017

MASJID SIMBOL KEPASRAHAN TOTAL



Kalau masjid merupakan sebuah wadah untuk mahluk yang bernama manusia membungkukan badannya, menyungkurkan kepalanya, menyandarkan semua kehidupan ini hanya kepada Allah, berarti masjid pada hakekatnya adalah simbol kepasrahan total terhadap sang pemilik kehidupan ini, jika memang sekarang ini masjid menjadi sunyi, sepi mungkin saja para manusianya masih belum membutuhkan Allah sebagai penolong, kecendrungan manusia modern sekarang justru malah menjauhi masjid, padahal manusia hanya diberikan kebebasan dalam bentuk qadha, tapi pada hakekatnya adalah yang dibutuhkan manusia adalah qhadar. Silahkan anda berusaha dan membuat beribu ribu rencana dan planning kehidupan, mempersiapkan berbagai macam bentuk plan untuk masa depan, mulai dari asuransi kesehatan, kesuksesaan karier kehidupan, gelar akademisi, atau bahkan jabatan dalam struktur kepemerintahan. Sesuaikah dengan rencana awal yang anda susun?
Rasulullah sebagai uswatun hasanah dan sekaligus sebagai sang pembocor rahasia langit sering mengingatkan kepada sahabatnya, agar setiap apapun yang akan dilakukan untuk berdoa terlebih dahulu, yang saya pahami disini adalah doa sebelum melakukan apapun itu baik yang kecil kecil apalagi yang besar besar untuk mengutamakan berdoa terlebih dahulu, artinya Allah di ikut sertakan dalam  setiap plan, karena pada hakekatnya adalah kita hanya menawar keridhoanya, terwujud atau tidaknya sebuah keinginan semuanya tergantung keputusaan  Allah yang memliki hak prerogratif. Itu alasan yang pertama, kemudian alasan yang keduanya adalah, doa untuk memfilter setiap rencana dan palaning yang kita susun adalah baik untuk kita, karena sebenarrya kita sendiri tidak benar benar mengetahui apakah keinginan yang kita damba dambakan itu baik untuk kita atau bahkan akan menjadi racun dalam kehidupan yang sedang kita jalani ini.
Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui (Al Baqoroh : 216) paham  saya  dalam firman Allah ini adalah keterbatasan kita sebagai manusia dalam hal ilmu, disinilah perlu mengikut sertakan Allah sebagai dzat yang memang memiliki potensi mengetahui segalanya, supaya keinginan dan planning kita sebagai manusia tidak menjadi boomerang untuk kita. Oleh karena itu Rasulullah menyatakan bahwa senjatanya orang mukmin adalah doa. Seperti yang saya jelaskan di atas doa disini saya pahami sebagai mengikut sertakan Allah, jadi Allah lah yang akan memfilter setiap keinginan dan cita cita kita, ketika memang keinginan itu baik maka Allah kabulkan, dan jika memang akan membahayakan, maka Allah tidak mewujudkannya.
Berangkat dari ‘merasa’ tidak mengetahui apapun yang akan kita hadapi nantinya, maka jalan satu satunya adalah memasrahkan apapun itu secara total kepada sang maha mengetahui, mengangkat kedua tangan kita sebagai bentuk penyerahan diri, membungkukan badan kita sebagai bukti kita rendah jika dihadapan Allah, dan menyungkurkan kepala kita sebagai pengakuan bahwa memang yang berhak terhadap kehidupan semua ini adalah Allah yang maha tinggi. Mengankat kedua tangan kita, membungkukan badan dan menyungkurkan kepala tempatnya adalah di masjid. Karena memang masjid di bangun oleh masyarakat diperuntukan untuk mendirikan shalat, yang sebgaimana kita ketahui dalam gerakan shalat kita dapati mengankat tangan (takbir), membungkuk (rukuk) dan menyungkurkan kepala (sujud). Jadi jika seseorang semakin ‘menjauhi’ masjid bisa saja di tafsirkan secara kasar bahwa orang tersebut masih merasa Allah bukan satu satunya yang dijadikan sandaran, penolong, dan tujuan hidupnya.
Dalam al quran kata masjid terulang sebanyak dua puluh delapan kali, dari segi bahasa kata masjid di ambil dari kata sajada-sujud yang berarti patuh, ta’at serta tunduk dengan hormat dan takzim. Meletakan dahi, kedua tangan, lutut, dan kaki kebumi yang kemudian dinamai dengan sujud, inilah sebabnya mengapa bangunan yang di khususkan untuk mendirikan shalat di sebut masjid yang memiliki arti tempat bersujud. Jadi bisa kita tafsirkan bahwa orang orang yang suka mengunjungi masjid adalah orang orang yang memasrahkan hidupnya kepada Allah dan menjadikan Allah sebagai satu satunya sandaran selama menjalani lakon didunia ini.
Sesungguhnya masjid masjid itu milik Allah, janganlah menyembah selain Allah sesuatu apapun ( Al Jin : 18) pada perakteknya yang kita lihat sehari hari tidak sedikit manusia yang bersembunyi di balik ketiak selain Allah, entah itu dalam urusan keuangan, keamanan atau karir masa depan. Ketidak yakinan manusia terhadap Allah sebagai sang pemberi segalanya ini mulai redup atau bahkan sudah gelap gulita dalam alam pikiran kebanyakan manusia, sehingga tidak terbesit di dalam pikirannya untuk bermunajat kepada Allah. Masjid yang di simbolkan manusia itu sendiri sebagai rumah Allah mulai sepi dikunjungi, mulai banyak di hindari manusia, atau jangan jangan sengaja akan di tinggalkan oleh orang orang yang katanya sebagai pengikut nabi Muhammad. Ah rasanya kalau Nabi Muhammad masih ada mungkin beliau yang akan memukulkan tongkatnya kepada yang mengaku sebagai umatnya sambil berkata “irji’i….. irji’i ila robbiki

Mungkin saja zaman yang sudah menggeser nilai kesadaran tentang pentingnya menempelkan dahinya didalam masjid sebagai salah satu benteng dari gempuran budaya barat yang masuk tanpa sensor, atau memang manusianya sudah sibuk berlomba lomba menumpuk numpuk kekayaan sebagai ajang adu pamor di tengah tengah persaingan karir kehidupan, dan membiarkan masjid berdiam diri dengan kesunyiannya ditengah tengah kampung yang penduduknya sudah enggan untuk menghampirinya. Adakalanya kita memang harus mempunyai rasa sedikit memiliki terhadap bangunan yang didirikan dengan kesadaran murni bahwa masjid adalah wadah untuk orang orang yang memasrahkan kehidupannya terhadap yang Maha segalanya.
Load disqus comments

0 komentar