Dewi
Kunti adalah inspirasi bagi saya, walaupun hidupnya si Dewi Kunti
ini di hindari oleh manusia, di kurung dengan kesepian, hanya waktu malam hari
saja ia di izinkan keluar, ia jarang sekali menunjukan penderitaannya, apalagi
membuat jumpa pers untuk mempublikasikan derita dirinya agar di ketahui oleh
halayak umum, curhat melalui jejaring sosial, membuat status di wall
menceritakan kesendiriannya, ia sama sekali tidak memerlukan itu semua, Dewi
Kunti sudah berbahagia dengan deritanya, bahkan bukan tangisnya yang terkenal,
justru malah tertawa khasnya menjadikan ia melegenda.
Keteguhan
hati yang menjadikan apapun bentuk bentuk derita yang di temuinya dijadikan
bahan tertawa, cara berfikir yang benar dalam memaknai semua adegan kehidupan
yang di saksikan sebagai tontonan yang harus diberikan sentuhan arti dengan
kearifan, tidak ada derita, yang ada adalah bentuk kemesraan dengan Allah dan
hambaNya, tidak ada kesenangan yang ditemuinya yang ada hanya ujian yang sedang
berlangsung. Semuanya adalah permaianan semata dan pasti ada batas sebagai
penanda game over kah? Atau akan berlanjut kepada level yang
lebih tinggi lagi.
Kesenangan dan penderitaan hanya bagian dari lelengkap
urip, ibarat seperti garam di tengah tengah sayur asem yang di sajikan
di sebuah mangkok, ketika kita memakannya bukan berarti kita bertujuan memakan
garam., tapi bayangkan jika sayur asem tanpa garam, kalau kata bang Haji Rhoma
“bagai taman tak berbunga.”
Derita
itu penting, kesialan juga dibutuhkan, sakit di perlukan untuk mengukur
ketangguhan diri kita dalam berkelana di kehidupan ini, puasa satu satunya
ibadah mahdoh yang cukup memberikan penjelasan tentang arti derita ini,
Allah memerintahkan perut kita lapar seharian sedangkan biasanya perut kita ini
setiap hari terisi oleh berbagai macam makanan yang kita jejalkan begitu
saja kedalam perut. Lapar itu ternyata baik, bahkan wanaqsim minnal amwali wa angfusi wa tsamarot adalah bagian
indikator untuk menjadikan kita termasuk yang Allah sebutkan muhtadin, golongan muhtadin ini bisa kita
ikut nimbrung didalamnya dengan syarat kekurangan dari berbagai bentuk
aksesoris kemewahan hidup.
Kemarin
ini saya mendengar kabar salah satu teman saya yang tinggal di kota serbang
sana menderita struk, ia kemudian di rawat dirumah sakit, dan menjalani rawat
inap, selidik punya selidik ternyata sakitnya disebabkan karena ia makan daging
kambing, yang menyebabkan darah tinggi, setengah dari tubuhnya lumpuh total.
Ternyata, semakin perut ini sering di
jejali oleh berbagai macam makanan semakin mudah di serang penyakit, tubuh akan
lebih mudah merasa letih dan lemah, jadi
ternyata menderita itu adalah baik dan sangat menyehatkan untuk kesehatan jiwa
dan raga.
Bisa
jadi karena alasan inilah teman teman saya sering menertawai penderitaan yang
sempat menghampirinya, mungkin baginya derita itu lucu, dan sangat
menggemaskan, jadi salah besar jika ada orang yang dengan menderita bermuram
durja, begitulah madzhab mereka, seharusnya apapun bentuk derita yang
sempat mampir ditertawai supaya ia cepat berlalu. Kalau derita itu membuat kita
gundah biasanya teman teman saya ini membacakan kalimat inna ma’al ushri
yushro fa inna ma’al ushri yusro dan masih banyak lagi kalimat kalimat
sakti yang lainnya, misalkan Inna lillahi wa inna ilaihi
rajiun “sesungguhnya
penderitaan dan kesenangan ini milik Allah, dan akan kembali ke pada Allah.”
Kalau
ngomongin kesengsaraan dan penderitaan memang tidak ada habisnya, dan sangat
banyak refresnsi yang bisa di jadikan amsal dan ilmu karena lingkunan
kita saja sebenarnya adalah derita yang terlahir dari kehancuran akhlak para
pemimpin negeri ini. kebodohan yang tercipta dari sistem pendidikan yang di
buat berdasarkan kepentingan sepihak, kelaparan dan kemsikinan yang menjadi
pemandangan sehari sehari merupakan produk dari ketidak adilannya pemegang
amanah negeri ini, tapi sudahlah tidak perlu di diskusikan lebih panjang lagi,
toh mereka juga sudah mampu menimkati kehancuran kehancuran itu
semuanya.
Karena
di sekolahan, universitas, dan pesantren tidak di ajarkan jurus bagaimana
melawan “derita” ini, atau memang tidak ada kalau mencari di lokasi tersebut.
jadi memang harus mencari di tempat yang lain, mungkin adanya di lokasi
pemakaman atau di hutan, dimana biasanya Dewi Kunti ini sering menampakan
dirinya. Dewi Kunti adalah sosok demit yang tidak pernah merasakan
kesedihan, ia hanya tertawa dan tertawa saja walaupun manusia menghindarinya.
Saya pikir belajar dari apapun tidak salah asalkan berdampak manfaat untuk
siapa saja yang bisa mengambil hikmahnya.
0 komentar