Jumat, 27 Januari 2017

MASJID SIMBOL KEPASRAHAN TOTAL



Kalau masjid merupakan sebuah wadah untuk mahluk yang bernama manusia membungkukan badannya, menyungkurkan kepalanya, menyandarkan semua kehidupan ini hanya kepada Allah, berarti masjid pada hakekatnya adalah simbol kepasrahan total terhadap sang pemilik kehidupan ini, jika memang sekarang ini masjid menjadi sunyi, sepi mungkin saja para manusianya masih belum membutuhkan Allah sebagai penolong, kecendrungan manusia modern sekarang justru malah menjauhi masjid, padahal manusia hanya diberikan kebebasan dalam bentuk qadha, tapi pada hakekatnya adalah yang dibutuhkan manusia adalah qhadar. Silahkan anda berusaha dan membuat beribu ribu rencana dan planning kehidupan, mempersiapkan berbagai macam bentuk plan untuk masa depan, mulai dari asuransi kesehatan, kesuksesaan karier kehidupan, gelar akademisi, atau bahkan jabatan dalam struktur kepemerintahan. Sesuaikah dengan rencana awal yang anda susun?
Rasulullah sebagai uswatun hasanah dan sekaligus sebagai sang pembocor rahasia langit sering mengingatkan kepada sahabatnya, agar setiap apapun yang akan dilakukan untuk berdoa terlebih dahulu, yang saya pahami disini adalah doa sebelum melakukan apapun itu baik yang kecil kecil apalagi yang besar besar untuk mengutamakan berdoa terlebih dahulu, artinya Allah di ikut sertakan dalam  setiap plan, karena pada hakekatnya adalah kita hanya menawar keridhoanya, terwujud atau tidaknya sebuah keinginan semuanya tergantung keputusaan  Allah yang memliki hak prerogratif. Itu alasan yang pertama, kemudian alasan yang keduanya adalah, doa untuk memfilter setiap rencana dan palaning yang kita susun adalah baik untuk kita, karena sebenarrya kita sendiri tidak benar benar mengetahui apakah keinginan yang kita damba dambakan itu baik untuk kita atau bahkan akan menjadi racun dalam kehidupan yang sedang kita jalani ini.
Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui (Al Baqoroh : 216) paham  saya  dalam firman Allah ini adalah keterbatasan kita sebagai manusia dalam hal ilmu, disinilah perlu mengikut sertakan Allah sebagai dzat yang memang memiliki potensi mengetahui segalanya, supaya keinginan dan planning kita sebagai manusia tidak menjadi boomerang untuk kita. Oleh karena itu Rasulullah menyatakan bahwa senjatanya orang mukmin adalah doa. Seperti yang saya jelaskan di atas doa disini saya pahami sebagai mengikut sertakan Allah, jadi Allah lah yang akan memfilter setiap keinginan dan cita cita kita, ketika memang keinginan itu baik maka Allah kabulkan, dan jika memang akan membahayakan, maka Allah tidak mewujudkannya.
Berangkat dari ‘merasa’ tidak mengetahui apapun yang akan kita hadapi nantinya, maka jalan satu satunya adalah memasrahkan apapun itu secara total kepada sang maha mengetahui, mengangkat kedua tangan kita sebagai bentuk penyerahan diri, membungkukan badan kita sebagai bukti kita rendah jika dihadapan Allah, dan menyungkurkan kepala kita sebagai pengakuan bahwa memang yang berhak terhadap kehidupan semua ini adalah Allah yang maha tinggi. Mengankat kedua tangan kita, membungkukan badan dan menyungkurkan kepala tempatnya adalah di masjid. Karena memang masjid di bangun oleh masyarakat diperuntukan untuk mendirikan shalat, yang sebgaimana kita ketahui dalam gerakan shalat kita dapati mengankat tangan (takbir), membungkuk (rukuk) dan menyungkurkan kepala (sujud). Jadi jika seseorang semakin ‘menjauhi’ masjid bisa saja di tafsirkan secara kasar bahwa orang tersebut masih merasa Allah bukan satu satunya yang dijadikan sandaran, penolong, dan tujuan hidupnya.
Dalam al quran kata masjid terulang sebanyak dua puluh delapan kali, dari segi bahasa kata masjid di ambil dari kata sajada-sujud yang berarti patuh, ta’at serta tunduk dengan hormat dan takzim. Meletakan dahi, kedua tangan, lutut, dan kaki kebumi yang kemudian dinamai dengan sujud, inilah sebabnya mengapa bangunan yang di khususkan untuk mendirikan shalat di sebut masjid yang memiliki arti tempat bersujud. Jadi bisa kita tafsirkan bahwa orang orang yang suka mengunjungi masjid adalah orang orang yang memasrahkan hidupnya kepada Allah dan menjadikan Allah sebagai satu satunya sandaran selama menjalani lakon didunia ini.
Sesungguhnya masjid masjid itu milik Allah, janganlah menyembah selain Allah sesuatu apapun ( Al Jin : 18) pada perakteknya yang kita lihat sehari hari tidak sedikit manusia yang bersembunyi di balik ketiak selain Allah, entah itu dalam urusan keuangan, keamanan atau karir masa depan. Ketidak yakinan manusia terhadap Allah sebagai sang pemberi segalanya ini mulai redup atau bahkan sudah gelap gulita dalam alam pikiran kebanyakan manusia, sehingga tidak terbesit di dalam pikirannya untuk bermunajat kepada Allah. Masjid yang di simbolkan manusia itu sendiri sebagai rumah Allah mulai sepi dikunjungi, mulai banyak di hindari manusia, atau jangan jangan sengaja akan di tinggalkan oleh orang orang yang katanya sebagai pengikut nabi Muhammad. Ah rasanya kalau Nabi Muhammad masih ada mungkin beliau yang akan memukulkan tongkatnya kepada yang mengaku sebagai umatnya sambil berkata “irji’i….. irji’i ila robbiki

Mungkin saja zaman yang sudah menggeser nilai kesadaran tentang pentingnya menempelkan dahinya didalam masjid sebagai salah satu benteng dari gempuran budaya barat yang masuk tanpa sensor, atau memang manusianya sudah sibuk berlomba lomba menumpuk numpuk kekayaan sebagai ajang adu pamor di tengah tengah persaingan karir kehidupan, dan membiarkan masjid berdiam diri dengan kesunyiannya ditengah tengah kampung yang penduduknya sudah enggan untuk menghampirinya. Adakalanya kita memang harus mempunyai rasa sedikit memiliki terhadap bangunan yang didirikan dengan kesadaran murni bahwa masjid adalah wadah untuk orang orang yang memasrahkan kehidupannya terhadap yang Maha segalanya.
Read more

Senin, 23 Januari 2017

Maqalah Ketujuh Belas



والمقالة السابعة عشرة [ قيل طوبي ] أي الخير الكثير [ لمن كان عقله أمير ] بأن يقتدي بمراد عقله الكامل [ وهواه ] أي ميلان نفسه إلى ما لا تشتهيه من غير داعية الشرع [ أسير ] أي ممنوعا من ذلك [ وويل ] أي هلاك شديد [ لمن كان هواه أميرا ] بأن أرسلها الى مشتهتيا [ وعقله أسيرا ] أي ممنوعا من نحو التفكر في نعم الله تعالى وفي عظمته تعالى.


Dan Maqalah yang Ketujuh Belas [di katakan thuba: benar-benar kebahagiaan] yakni kebaikan yang banyak [bagi orang yang akalnya sebagai panglima] yakni dengan mengikuti kehendak akalnya yang sempurna [dan hawa nafsunya] yakni kecenderungan dirinya sendiri kepada apa yang dia tidak menginginkannya selain ajakannya syara’ [sebagai tawanan] yakni di larang dari kecenderungan itu [dan celaka] yaitu kehancuran yang sangat [bagi orang yang hawa nafsunya sebagai panglima] dengan mengumbar hawa nafsunya kepada keinginan-keinginannya [dan akalnya sebagai tawanan] yakni di larang dari semisal berpikir-pikir dalam nikmat-nikmat Allah ta’ala dan dalam keagungan-Nya.
Read more

Maqolah kelima belas




والمقالة الخامسة عشرة [ عن أبي بكر الصديق رضي الله عنه في قوله تعالى – ظهر الفساد في البر والبحر - قال ] أي أبو بكر في تفسير ذلك [ البر هو اللسان واالبحر هو القلب فإذا فسد اللسان ] بالسب مثلا [ بكت عليه النفوس ] أي الأشخاص من بني آدم [ وإذا فسد القلب ] بالرياء مثلا [ بكت عليه الملائكة ] فإنما شبه القلب بالبحر لشدة عمقه واتساعه.


Dan Maqalah yang Kelima Belas [dari abu bakar ash shiddiq semoga Allah meridhainya di dalam firman Allah ta’ala – telah jelas kerusakan di dalam daratan dan lautan – beliau berkata] yaitu abu bakar dalam menafsirkan firman Allah ta’ala itu [daratan maksudnya adalah lisan dan lautan maksudnya adalah hati maka apabila telah rusak lisan] dengan mencela umpamanya [menangis atas lisan jiwa-jiwa itu] yakni orang-orang dari bani adam [dan apabila telah rusak hati itu] dengan riya atau pamer sebagai contoh [menagis atas hati malaikat itu] maka sesungguhnya tidak lain hati itu di serupakan dengan lautan karena sangat dalamnya hati dan luasnya hati.
Read more

Maqolah keempat belas




والمقالة الرابعة عشرة [ عن بعض الحكماء ] أي أطباء القلوب وهم الأولياء [ من توهم أن له وليا أولى من الله قلت معرفته بالله ] والمعنى من ظن أن له ناصرا أقرب من الله وأكثر نصرته منه فإنه لم يعرف الله تعالى [ ومن توهم أن له عدوا أعدى من نفسه قلت معرفته بنفسه ] أي ومن ظن أن له عدوا أقوى من نفسه الأمارة واللوامة فإنه لم يعرف نفسه.


Dan Maqalah yang Keempatbelas : [dari sebagian alhukama] yaitu dokter-dokternya hati dan mereka itu adalah para wali [barangsiapa yang menggangap bahwa kepunyaannya ada kekasih yang lebih utama daripada Allah maka sedikit pengenalannya kepada Allah] dan maknanya adalah barangsiapa yang menyangka bahwa kepunyaannya ada penolong yang lebih dekat dari Allah dan lebih banyak pembelaannya darinya maka sesungguhnya dia belum kenal Allah ta'ala [dan barangsiapa yang menduga bahwa kepunyaannya ada musuh yang lebih memusuhi daripada dirinya sendiri, maka sedikit pengenalannya dengan dirinya sendiri] yakni dan barangsiapa yang menyangka bahwa kepunyaannya musuh yang lebih kuat daripada nafsunya, yaitu nafsu amarah: nafsu yang selalu perintah dan mengajak jelek dan nafsu lawamah: nafsu yang bila dia mau berbuat baik maka di cela, maka sesungguhnya dia belum kenal dirinya sendiri.
Read more

Maqolah ketigabelas




والمقالة الثالثة عشرة ( قيل : هم العارف الثناء ) أي مراد العارف بالله الثاء على الله تعالى بجميل صفاته ( وهم الزاهد الدعاء ) أي مراد المعرض عن الزائد على قدر الحاجة من الدنيا بقلبه الدعاء وهو التضرع إلى الله تعالى بسؤال ما عنده من الخير( لأن هم العارف ربه ) لا الثواب ولا الجنة ( وهم الزاهد نفسه ) أي منفعة نفسه من الثواب والجنة ففرق بين من همته الحور وهمته رفع الستور.

Dan Maqalah yang Ketigabelas :  [dikatakan : pikiran orang yang makrifat, yaitu pujian] yakni yang di inginkan orang yang mengenal kepada Allah itu pujian kepada Allah ta'ala dengan keindahan sifat-sifat Allah [dan pikiran orang yang zuhud, yaitu doa] yakni keinginan orang yang berpaling dari berlebihan di atas ukuran hajat dari dunia dengan hatinya adalah berdoa, dan doa itu adalah merendahkan diri kepada Allah ta'ala dengan meminta apa yang ada di sisinya dari kebaikan [karena sesungguhnya pikirannya orang yang kenal kepada Tuhannya] tidak berpikir pahala dan tidak berpikir pula surga [dan pikiran orang yang zuhud adalah dirinya sendiri] manfaat diri sendiri dari pahala dan surga, maka beda antara pikirannya itu bidadari dan pikirannya orang itu tersingkap takbir alam malakut.
Read more

Maqolah keduabelas




والمقالة الثانية عشرة : عن النبي صلى الله عليه وسلم : [ لا صغيرة مع الإصرار ] فإنها بالمواظبة عليها تعظيم فتصير كبيرة ، وأيضا إنها على عزم استدامتها تصير كبيرة فإن نية المرء في المعاصي كانت معصية [ ولا كبيرة مع الإستغفار ] أي التوبة بشروطها فإن التوبة تمحو أثر الخطيئة وإن كانت كبيرة ، روي هذا الحديث الديلمي عن ابن عباس لكن بتقديم الجملة الأخيرة عن الأولى.


Dan Maqalah yang Keduabelas : Dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam : 'Tidak ada dosa kecil bersama itu di lakukan dengan terus menerus', maka sesungguhnya dosa kecil itu dengan membiasakan melakukannya bisa jadi besar maka dosa kecil itu menjadi besar, dan juga sesungguhnya dosa kecil itu dengan berniat melanggengkannya atau melakukan secara terus, dosa kecil itu menjadi dosa besar, maka sesungguhnya niat seseorang itu dalam perbuatan-perbuatan maksiat itu adalah maksiat, 'Dan tidak ada dosa besar bersamaan dengan meminta ampun', yakni taubat dengan syarat-syaratnya taubat, maka sesungguhnya taubat itu bisa menghapus bekasnya kesalahan, meskipun kesalahan itu besar, imam addailami meriwayatkan hadis ini dari ibnu abbas akan tetapi dengan mendahulukan kalimat yang akhir dari yang pertama.
Read more

Maqolah kesebelas



والمقالة الحادية عشرة [ عن بعض الحكماء ] أي الأولياء [ لا تحقروا الذنوب الصغار ] أي لا تعدوها صغارا [ فإنها تتشعب منها الذنوب الكبار ] وأيضا ربما يكون غضب الله تعالى في تلك الصغار.


Dan Maqalah yang Kesebelas : 'Dari sebagian Orang-Orang yang Arif Bijaksana', yakni para wali, 'Janganlah kalian meremehkan dosa-dosa kecil', yakni janganlah kalian menghitungnya sebagai dosa kecil, 'Maka sesungguhnya cabang-cabang dari dosa kecil adalah dosa-dosa besar', dan juga bisa terjadi marahnya Allah di dalam dosa-dosa kecil itu.
Read more

Maqolah kenambelas


والمقالة السادسة عشرة [ قيل إن الشهوة تصير الملوك عبيدا ] فإن من أحب شيئا فهو عبده [ والصبر يصير العبيد ملوكا ] لأن العبد بصبره ينال ما يريد [ ألا ترى ] أي ألا يصل علمك [ إلى ] قصة سيدنا الكريم ابن الكريم ابن الكريم ابن الكريم [ يوسف ]  الصديق ابن يعقوب الصبور ابن اسحاق الحليم ابن ابراهيم الخليل الأواه عليهم السلام [ وزليخا ] فإنها أحبت سيدنا يوسف نهاية الحب وهو يصبر على مكرها وأذيتها.


Dan Maqalah yang Keenam Belas [di katakan sesungguhnya syahwat itu menjadikan raja-raja sebagai budak] maka sesungguhnya barangsiapa yang mencintai sesuatu maka orang itu adalah budaknya [dan sabar itu menjadikan budak-budak itu sebagai raja-raja] karena sesungguhnya budak dengan sebab sabarnya budak, dia mendapatkan apa yang dia inginkan [apakah kamu tidak melihat] yakni apakah tidak sampai pengetahuanmu [kepada] kisah pemimpin kita yang mulia, anak orang yang mulia, anak orang yang mulia, anak orang yang mulia [yusuf] ash shiddiq: yang benar, anak ya’qub ash shabur: yang sangat sabar, anak ishaq al halim: yang penyayang, anak ibrahim al khalil: kekasih Allah, al awwah: yang banyak ibadahnya, semoga keselamatan atas mereka [dan zulaika] maka sesungguhnya zulaikha mencintai pemimpin kita yusuf dengan sangat cinta, dan yusuf sabar atas tipu daya zulaikha dan gangguannya.
Read more

Maqolah kesepuluh



والمقالة العلشرة [ عن بعض الزهاد ] وهم الذين احتقروا الدنيا ولم يبالوا بها بل أخذوا منها قدر ضرورتهم [ من أذنب ذنبا ] أي تحمله [ وهو يضحك ] أي والحال أنه يفرح بتحمله [ فإن الله يدخله النار وهو يبكي ] لأن حقه أن يندم ويستغفر الله تعالى لذلك [ ومن أطاع وهو يبكي ] حياء من الله تعالى وخوفا منه تعالى على تقصيره في تلك الطاعة [ فإن الله تعالى يدخله الجنة وهو يضحك ] أي يفرح غاية الفرح لحصول مطلوبه وهو عفو الله تعالى.

Dan Maqalah yang Kesepuluh : Dari sebagian ahli-ahli zuhud, yang mana mereka adalah orang-orang yang meremehkan dunia dan tidak memperdulikannya, bahwa mereka mengambil dari dunia sesuai dengan kebutuhan mereka, 'Barangsiapa yang berbuat dosa', yakni memikul beban dosa, 'Dalam keadaan dia tertawa', yakni dalam keadaan dia gembira dengan memikul beban dosa itu, 'Maka sesungguhnya Allah akan memasukannya ke neraka, dalam keadaan dia menangis', karena haknya orang itu adalah dia menyesal dan meminta ampun kepada Allah ta'ala karena perbuatan itu, 'Dan barangsiapa dia mentaati Allah dalam keadaan dia menangis', karena malu dari Allah ta'ala dan takut dari Allah ta'ala atas kekurangannya dalam ketaatan itu, 'Maka sesungguhnya Allah ta'ala akan memasukannya ke dalam surga, dalam keadaan dia tertawa', yakni dia gembira dengan sangat gembira karena dia mendapatkan apa yang di tuntutnya yaitu ampunan Allah ta'ala.


Read more

Maqolah kesembilan


والمقالة التاسعة [ عن سفيان الثوري رضي الله عنه ] وهو شيخ الإمام مالك [ كل معصية ] ناشئة [ عن شهوة ] أي اشتياق النفس إلى شيئ [ فإنه يرجى غفرانها ] أي المعصية [ كل معصية ] نشأت [ عن كبر ] أي دعوى الفضل [ فإنه لا يرجى غفرانها لأن معصية ابليس كان أصلها ] أي المعصية [ من الكبر ] يزعم أنه خير من سيدنا آدم [ و ] لأن [ زلة ] سيدنا آدم عليه السلام [  كان أصلها من الشهوة ] بسبب اشتياقه إلى ذوق ثمرة شجرة الشهوة المنهي عنها.


Dan Maqalah yang Kesembilan : Dari sufyan ats tsauri semoga Allah meridhainya, dia adalah gurunya imam malik : 'Setiap maksiat', yang timbul, 'Dari syahwat atau keinginan', yakni keinginan nafsunya kepada sesuatu, 'Maka sesungguhnya perbuatan itu bisa di harapkan pengampunannya', yakni maksiat, 'Setiap maksiat', yang timbul, 'Dari kesombongan', yakni mengaku lebih utama, 'Maka sesungguhnya perbuatan itu tidak bisa di harap ampunannya, karena maksiatnya iblis itu adalah asalnya', yakni maksiat, 'Dari kesombongan', yang menganggap bahwa iblis lebih baik dari pada pemimpin kita adam, 'Dan', karena 'Tergelincirnya', pemimpin kita adam 'alaihis salam, 'Asalnya adalah dari syahwat atau keinginan', dengan sebab keinginannya untuk merasakan buah pohon syahwat yang di larang darinya.
Read more

Maqolah kedelapan



والمقالة الثامنة [ عن الأعمش ] اسمه سليمان بن مهران الكوفي [ رضي الله عنه : من كان رأس ماله التقوى كلت الألسن عن وصف ربح دينه ، ومن كان رأس ماله الدنيا كلت الألسن عن وصف خسران دينه ] والمعنى من تمسك على التقوى بامتثال أوامر الله تعالى واجتناب المعاصي بأن أسس أفعاله بموافقات الشرع فله حسنات كثيرة لا تحصي ، ومن تمسك على أمور مخالفات للشرع فله سيئات كثيرة عجزت الألسن عن ذكر ذلك بالعدد.


Dan Maqalah yang Kedelapan : Dari Al A'masy, namanya adalah sulaiman bin mihran alkufi, Semoga Allah meridhainya, 'Barangsiapa yang modalnya adalah takwa, maka kelu lisannya dari mensifati keuntungan agamanya, dan Barangsiapa yang modalnya adalah dunia, maka kelu lisannya dari mensifati kerugiannya', maknanya adalah barangsiapa yang berpegang teguh kepada taqwa dengan menjalankan perintah-perintah Allah ta'ala dan menjauhi perbuatan-perbuatan maksiat dengan mendasari tindakan-tindakannya dengan mencocok-cocoki syara' agama maka baginya kebaikan-kebaikan yang banyak yang tidak bisa di hitung, dan barangsiapa yang berpegang teguh kepada perkara-perkara yang menyelisihi terhadap syara' agama maka baginya kejelekan yang sangat banyak, yang lisan-lisan itu tidak mampu dari menyebutkan keburukan itu dengan hitungan.
Read more

Maqolah ketujuh



والمقالة السابعة [ عن يحيى بن مغاذ رضي الله عنه : ما عصي الله كريم ] أي حميد الفعال وهو من يكرم نفسه بالتقوى وبالإحتراس عن المعاصي [ ولا آثر الدنيا ] أي لا قدمها ولا فضلها [ على الآخرة حكيم ] أي مصيب في أفعاله وهو من يمنع نفسه من مخالفة عقله السليم.


Dan Maqalah yang Ketujuh : Dari yahya bin mu'adz semoga Allah meridhainya : 'Tidak durhaka kepada Allah yakni Orang yang mulia', yakni yang terpuji perbuatan-perbuatannya dan karim adalah orang yang memuliakan dirinya sendiri dengan taqwa dan dengan menjaga diri sendiri dari perbuatan-perbuatan maksiat, 'Dan tidak memilih dunia', yakni tidak mendahulukan dan tidak mengutamakan dunia, 'Atas akherat yakni Orang yang bijaksana', yakni orang yang selalu benar dalam perbuatan-perbuatannya dan hakim adalah orang yang menahan dirinya sendiri dari menyelisihi akalnya yang sehat.
Read more

Maqolah keenam




والمقالة السادسة [ عن علي رضي الله عنه ] وكرم وجهه [ من كان في طلب العلم كانت الجنة في طلبه ومن كان في طلب المعصية كانت النار في طلبه ] أي من اشتغل في العلم النافع الذي لا يجوز للبالغ العاقل جهله كان في حقيقة طالبا للجنة ولرضا الله تعالى ومن كان مريدا للمعصية كان في الحقيقة طالبا للنار ولسخط الله تعالى.


Dan Maqalah yang Keenam : Dari ali semoga Allah meridhainya dan semoga Allah memuliakan wajahnya : 'Barangsiapa yang dalam posisi mencari ilmu, maka surga itu yang mencarinya, dan Barangsiapa yang dia dalam posisi mencari maksiat, maka neraka itu yang mencarinya', yakni barangsiapa yang menyibukan diri dalam ilmu yang bermanfaat yang harus bagi seorang yang dewasa dan berakal untuk untuk mengetahuinya, yang dia pada hakekatnya adalah orang yang mencari terhadap surga dan keridhaan Allah ta'ala dan barangsiapa yang berkeinginan untuk berbuat maksiat, yang dia pada hakekatnya adalah orang yang mencari terhadap neraka dan terhadap murka Allah ta'ala. 
Read more

Maqolah kelima


والمقالة الخامسة [ عن عثمان رضي الله عنه : هم الدنيا ظلمة في القلب وهم الآخرة نور القلب ] أي الحزن في الأمور المتعلقة بالدنيا صار مظلما في القلب والحزن في الأمور المتعلقة بالآخرة صار منورا للقلب ، اللهم لا تجعل الدنيا أكبر همنا ولا مبلغ علمنا.


Dan Maqalah yang Kelima : Dari utsman semoga Allah meridhainya : 'Memikirkan dunia adalah kegelapan di dalam hati dan memikirkan akhirat adalah cahayanya hati', yakni susah dalam perkara-perkara yang berhubungan dengan dunia menjadikan gelap di dalam hati dan susah dalam perkara-perkara yang berhubungan dengan akhirat itu menyinari terhadap hati, Ya Allah jangan Engkau jadikan dunia itu sebesar-besar susah kami dan bukan pula puncaknya pengetahuan kami.
Read more

Maqolah keempat


والمقالة الرابعة : [ عن عمر رضي الله عنه ] نقل عن الشيخ عبد المعطي السملاوي [ أن النبي صلى الله عليه وسلم قال لجبريل عليه السلام : صف لي حسنات عمر فقال لو كانت البحار مدادا والشجر أقلاما لما حصرتها ، فقال صف لي حسنات أبي بكر فقال : عمر حسنة من حسنات أبي بكر ] ، [ عز الدنيا بالمال وعز الآخرة بصالح الأعمال ] أي فلا تتقوى أمور الدنيا ولا تصلح بالأموال ولا تتقوى أمور الأخرة ولا تصلح إلا بالأعال الصالحة.
           

Dan Maqalah yang Keempat : Dari umar semoga Allah meridhainya, di nukil dari syaikh abdul mu'thi assamlawi, bahwa nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bertanya kepada malaikat jibril : 'Sifatilah olehmu untuk saya kebaikan-kebaikan umar', maka malaikat jibril menjawab : 'Jika saja lautan itu di jadikan tinta dan pohon itu di jadikan pena-pena sungguh tidak akan cukup menuliskan kebaikannya', maka beliau bertanya : 'Sifatilah olehmu untuk saya kebaikan-kebaikan abu bakar', maka malaikat jibril menjawab : 'Umar itu satu kebaikan dari kebaikan-kebaikannya abu bakar', 'Kemuliaan dunia dengan harta dan kemulian akherat dengan amal shalih', yakni maka tidak akan kuat perkara-perkara dunia dan tidak pantas kecuali dengan adanya harta dan tidak akan kuat perkara-perkara akherat dan tidak pantas kecuali dengan amal-amal shalih.
Read more

Maqolah ketiga


والمقالة الثالثة : [ عن أبي بكر الصديق رضي الله عنه : من دخل القبر بلا زاد ] أي من العمل الصالح [ فكأنما ركب البحر بلا سفينة ] أي فيغرق غرقا لا خلاص له إلا بمن ينقذه كما قال صلى الله عليه وسلم [ مالميت في قبره إلا كالغريق المغوث ] أي الطلب لآن يغاث.


Dan Maqalah yang Ketiga : 'Dari abu bakar semoga Allah meridhainya : Barangsiapa yang masuk kuburan dengan tanpa bekal', yakni dari amal shalih, 'Maka seakan-akan dia tenggelam dengan benar-benar tenggelam, yang dia tidak bisa selamat kecuali ada orang yang menolongnya, sebagaimana sabda nabi shallallahu 'alaihi wa sallam : 'Tidak ada orang yang mati di dalam kuburnya kecuali seperti orang yang tenggelam lagi minta tolong', yakni dia minta untuk di tolong.
Read more

Maqulah kedua



والمقالة الثانية : قال النبي [ عليه السلام : عليكم بمجالسة العلماء ] أي العاملين [ واستماع كلام الحكماء ] أي العالمين بذات الله تعالى المصيبين فى أقوالهم وأفعالهم [ فإن الله تعالى يحيى القلب الميت بنور الحكمة ] أي العلم النافع [  كما يحيى الأرض الميتة بماء المطر ] وفى رواية الطبراني عن أبي حنيفة [ جالسوا الكبراء وسائلوا العلماء وخالطوا الحكماء ] وفى رواية [ جالس العلماء وصاحب الحكماء وخالط الكبراء ] أي فإن العلماء ثلاثة أقسام  : العلماء بأحكمام الله تعالي وهم أصحاب الفتوي : والعلماء بذات الله فقط وهم الحكماء ففي مداخلتهم تهذيب للأخلاق لأنهم أشرقت قلوبهم بمعرفة الله وأشرقت أسرارهم بأنوار جلال الله  : والعلماء بالقسمين وهم الكبراء فإن مخالطة أهل الله تكسب أحوالا سنية والنفع باللحظ فوق النفع باللفظ فمن نفعك لحظه نفعك لفظه ومن لا فلا ، قال النبي صلى الله عليه وسلم [ سيأتي زمان على أمتي يفرون من العلماء والفقهاء فيبتليهم الله بثلاث بليات : أولاها يرفع الله البركة من كسبهم ، والثانية يسلط الله تعالى عليهم سلطانا ظالما ، والثالثة يخرجون من الدنيا بغير إيمان ].


Dan Maqalah yang Kedua : adalah sabda Nabi : 'Alaihis salam : Wajib bagi kamu untuk bermajlis dengan para ulama', yaitu ulama yang mengamalkan ilmunya, : 'Dan mendengarkan perkataan orang-orang yang arif bijaksana', yaitu orang-orang yang mengetahui dengan dzat Allah ta'ala, orang-orang yang benar dalam ucapan mereka dan perbuatan mereka, : 'Maka sesungguhnya Allah ta'ala menghidupkan hati yang mati dengan cahaya hikmah', yakni ilmu yang bermanfaat, : 'Sebagaimana Allah menghidupkan bumi yang mati dengan air hujan', Dan dalam riwayat ath thabrani dari abu hanifah : 'Duduklah kamu dengan orang-orang yang besar, dan bertanyalah kamu kepada para ulama, dan berkumpulah kamu dengan orang-orang yang arif bijaksana', Dan dalam satu riwayat : 'Duduklah kamu dengan para ulama, dan bertemanlah kamu dengan orang-orang yang arif bijaksana, dan bergaullah kamu dengan orang-orang yang besar', yakni Sesungguhnya ulama itu ada tiga macam 1 : orang-orang yang mengetahui dengan hukum-hukum Allah ta'ala, mereka adalah orang-orang yang memiliki fatwa. 2 : ulama yang mengetahui dzat Allah ta'ala saja dan mereka di sebut al hukama maka bergaul dengan mereka itu mendidik kepada akhlaq karena sesungguhnya bersinar hati mereka dengan sebab ma'rifat kepada Allah dan bersinar nurani-nurani mereka dengan sebab cahaya-cahaya keagungan Allah 3 : ulama dengan dua sifat yaitu mengerti hukum dan kenal Allah, mereka di sebut alkubara atau orang-orang besar maka sesungguhnya berkumpul dengan ahlinya Allah, kamu akan mendapat kondisi-kondisi yang tinggi dan manfaat dengan melihat wajah di atas manfaat hanya sekedar mendengar lafadz ucapannya maka barangsiapa memberi manfaat kamu penampilan wajahnya niscaya memberi manfaat kamu lafadz ucapannya dan barangsiapa tidak memanfaati wajah tersebut maka tidak manfaat pula lafadz ucapannya, Bersabda nabi shallallahu 'alaihi wa sallam : 'Akan datang suatu zaman atas umatku, yang mana mereka lari dari para ulama dan para fuqaha maka Allah memberikan cobaan kepada mereka dengan tiga cobaan : [1] : Yang Pertama : Allah ta'ala akan menghilangkan barakah dari usaha mereka. [2] : Yang Kedua : Allah ta'ala akan memberikan kekuasaan atas mereka kepada penguasa yang dhalim. [3] : Yang Ketiga : Mereka akan keluar dari dunia dengan tanpa membawa iman.
Read more

maqolah pertama



المقالة الأولى :  ما روي عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه قال : [ خصلتان لا شيئ أفضل منهما الأيمان بالله والنفع للمسلمين ] بالمقال أو بالجاه أو بالمال أو بالبدن ، قال رسول الله صلى الله عليع وسلم [ من أصبح لا ينوى الظلم على أحد غفر له ما جنى ومن أصبح ينوى نصرة المظلوم وقضاء حاحة المسلم كانت له كأجر حجة مبرور ] وقال عليه السلام [ أحب العباد إلى الله تعالى أنفع الناس للناس وأفضل الأعمال إدخال السرور على قلب المؤمن يطرد عنه جوعا أو يكشف عنه كربا أو يقضي له دينا ، وخصلتان لا شيئ أخبث ] أي أنجس ( منهما الشرك بالله والضر بالمسلمين ) في أبدانهم أو أموالهم فإن جميع أوامر الله تعالى ترجع إلى خصلتين التعظيم لله تعالى والشفقة لخلقه كقوله تعالى : أقيموا الصلاة وآتوا الزكاة ، وقوله تعالى : اشكر لي ولوالديك

Maqalah yang Pertama : adalah apa yang di riwayatkan dari nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bahwasannya beliau bersabda : 'Ada dua perkara yang tidak ada sesuatu yang lebih utama dari keduanya yaitu iman kepada Allah dan memberi manfaat kepada orang-orang islam', bisa dengan ucapan, atau dengan kekuasaan, atau dengan harta, atau dengan badan. Bersabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam : 'Barangsiapa yang pada waktu pagi tidak berniat berbuat dhalim atas seseorang, di ampuni baginya apa yang telah dia lakukan dan barangsiapa yang pada waktu pagi berniat untuk menolong orang yang di dhalimi dan memenuhi hajatnya orang islam maka baginya pahala seperti pahala haji mabrur', Dan bersabda 'alaihis salam : 'Hamba yang paling di cintai oleh Allah ta'ala adalah orang yang paling bermanfaat kepada manusia dan seutama-utamanya amal adalah memasukan kegembiraan di atas hati orang mukmin, mengusir darinya lapar atau menghilangkan darinya kesusahan atau membayar hutangnya, dan ada dua perkara yang tidak ada sesuatu yang lebih akhbats-lebih jelek', yakni lebih najis, 'Dari pada dua perkara tersebut adalah berbuat syirik kepada Allah dan berbuat bahaya kepada orang-orang islam', di dalam badan-badan mereka atau harta-harta mereka, maka sesungguhnya semua perintah-perintah Allah itu kembali kepada dua perkara yaitu mengagungkan Allah ta'ala dan berbuat baik kepada makhluknya, Seperti firman Allah ta'ala : 'Dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat', Dan firman Allah ta'ala : 'Hendaknya kamu bersyukur kepadaku dan kepada kedua orang tuamu'
Read more

Sabtu, 21 Januari 2017

Ngaji Jambu


“Kalau kita tidak kerja mana bisa makan”, kalimat ini sering sekali saya dengar dari kawan kawan saya yang bekerja di perusahaan, seperti si Somad yang bekerja menjadi IT di perusahaan bonafid di daerah cilegon. sebenarnya ia cukup memperhatikan saya dalam hal makan memakan yang memang bermasalah. Ya sudahlah biarkan saja, bukannya kekasih Tuhan saja sering sering ia tidak menemukan makanan dalam tiga hari, jadi kalau memang demikian, hitung hitung merasakan penderitannya kanjeng Nabi saja.
Dinegara ini tidak ada yang bisa menjamin kesejahteraan rakyatnya, tidak ada yang melindungi diri kita kalau bukan dirikita sendiri, kalau bukan kita sendiri yang mulung lantas siapa dong yang mau memenuhi kebutuhan sehari hari? Mana mungkin Tuhan mengirimkan makanan, kalau kita tidak berusaha mencarinya?
Uang saat ini sudah menjadi tuhan yang dinomer satukan, orientasi utamanya adalah kesuksesan dibidang strata sosial, baik dari pamoritas, jumlah nominal yang ada direkening, aset tidak berjalan dan lain sebagainya, cara orang ber uang dan orang yang kantongnya bolong sangat berbeda sekali karakter berbicarnya, orang yang memliki kantong tebal akan menjadi bak sang raja, orang yang bolong kantongnya bak rakyat jelata, bahkan hukum bisa dijual balikan menjadi sekarepe karena memang hukum sudah menjadi barang yang bersifat konsumtif. Ada fulus urusan mulus.
Entah cerita awalnya bagaimana sampai uang sedemikain rupa menjelma menjadi sebagai sosok yang begitu menawan, selalu mempesona bila dipandang, membuat pikiran menjadi gila karenanya,  tidak jarang manusia nekad sikut menyikut, jegal menjegal, bahkan saling membunuh demi selembar kertas ini.
Terlepas dari wilayah kerajaan uang, ternyata Tuhan tidak mau menyembunyikan diri berlama lama, pohon jambu yang ditanam mendiang Abah saya tepatnya berada didepan rumah ternyata disitu Tuhan menampakan dirinNya, sampai detik ini juga Ia masih terus bekerja bersama para malaikatNya untuk memproses bunga menjadi buah yang bisa bermanfaat untuk sekeluarga, terkadang jika memang buahnya lebat bisa satu kampung merasakan hasil ciptaan Tuhan ini.
Memang hanya sekedar buah jambu, bukan permata atau berlian yang memiliki nilai jual yang tinggi, terlihat sangat tidak berharga bahkan terkadang tercecer begitu saja di halaman rumah, tidak ada satupun yang sudi sekedar mengambil dan memandanginya.
Mungkin sifat ketidak berhargaan itu yang membuat kita berpaling, apalah sebiji buah jambu, sedangkan yang kita butuhkan adalah sebongkah berlian, uang miliyaran untuk memenuhi segala macam bentuk syahwat wadag yang masih terus merengek rengek untuk dipenuhi segala keinginan yang jauh lebih banyak di bandingkan sekedar kebutuhan..
Satu bulan yang lalu buah jambu selesai saya panen, tidak ada satu pun yang tersisa dan tampak bergelantungan di pohonnya,  karena memang jumlahnya terlalu fantastik jadi saya bagi bagikan ke para tetangga, rasanya kalau saya disuruh memakan semua jambu tersebut rasanya tidak akan sanggup lambung ini menampung semuanya, terlalu banyak Tuhan memberikan jambu ini kepada saya.
Namun hari ini saya lihat ternyata pohonnya sudah mulai berbunga lagi, dari setiap ranting yang ada, dipenuhi dengan bunga yang siap bertransormasi menjadi buah lagi, saya tidak habis pikir bagaimana ini bisa terjadi, padahal selama ini saya sama sekali tidak merawat, menjaga, menyirami, bahkan tidak membuatkan pagar untuk pohon peninggalan mendiang abah saya ini, tapi pohon itu terus bekerja siang malam melaksanakan tugasnya, tidak pernah memperdulikan saya mensukurinya atau tidak menghargainya, ia terus menghidangkan makanan dari  langit, karena memang saya tidak mencari tapi langsung dihidangkan didepan mata saya sendiri tanpa saya yang sibuk bekerja. Alangkah Rahman RahimNya dan alangkah dungunya saya, ternyata selama ini Tuhan sedang mencoba menyapa saya dengan kalamNya fabi ‘ayyia ala irobikuma tukadziban?
Ah rasanya terlalu malu jika saya disapa dengan perkataan yang sedemikian nyelekit, ketahuan sombongnya saya oleh Tuhan, karena Ia selalu menyiapkan hidangan tapi saya tidak pernah menyatakan bentuk terimakasih saya kepadaNya. Lebih malunya lagi ketika saya sedang mengerjakan ritualitas shalat, rukuk, sujud, bahkan terkadang memohon dilimpahkan rezeki yang banyak, padahal tanpa saya minta Tuhan siang malam sudah bekerja untuk mengirimkan rezekiNya didepan mata saya, tanpa perlu bersusah payah bekerja.
Bisa jadi rasa sukur saya ini sirna karena menilai sebiji jambu tidak bisa membeli laptop apple, tidak bisa membangun masjid dengan megah seperti masjid kubah emas, tidak bisa ditukarkan untuk plesiran ke tempat tempat faforit para pelancong, tidak bisa sebiji jambu saya tukarkan dengan satu tiket traveling ke Mekah, bahkan terkadang jambu tersebut saya gunakan untuk melempar ayam ayam yang sedang mencari rezikiNya di halaman rumah, karena memang otak saya berfikirnya aliran kelompok wadagiyah bin matreliastis.
 Tapi seandainya jika yang dihasilkan dari pohon tersebut adalah emas batangan 24 karat, berlian, daunnya lembaran uang kertas seratus ribuan, bisa jadi pohon itu akan saya sembah sembah dan saya berikan sesajen ayam putih dan nasi kuning beserta kembang tujuh rupa, pohon itu akan berubah seketika menjadi tuhan karena memang pohon tersebut bisa memenuhi syahwat duniawi saya.
Beruntungnya pohon itu masih normal, sampai detik ini masih memproduksi jambu, daunnya masih berwarna hijau tidak kemerah merahan, rantingnya masih kayu tidak berubah emas, seandainya pohon itu benar benar berubah menjadi emas, dan daunnya menjadi lembaran uang, mungkin Tuhan akan berkata kepada saya wala takroba hadihi ssyajarota fatakunanna minadzolimiin.
Jadi percuma saja kalau pohon itu berubah memproduksi batangan emas, jika setelah mampu memproduksi Tuhan melarang saya untuk mendekati, apalagi mengambil dan menikmati hasil yang telah diproduksi pohon tersebut, jika saya nekad kemudian mendekatinya fatakunanna minadzolimi<>n. Saya akan menjadi Adam masa kini yang melanggar perintah Tuhan. Kemudian di jidat saya akan terlihat cap Tuhan yang bertuliskan “ini adalah orang yang dzalim”.
Saya akan berharap pohon itu akan terus berbuahkan jambu saja, biarkan daun itu tetap berwana ijo royo royo, supaya saya bisa mendekati, dan berteduh dibawah daunnya yang rindang, dan mencicipi Maha karya sang pencipta, setidaknya dengan adanya  pohon tersebut saya merasa tidak dicuekin Tuhan, Ia masih terus mengirimkan makanan dari langit, masih dipersilahkan mencicipi hasil karyaNya, biarkan Tuhan bekerja sekarepe, tanpa perlu saya merengek rengek meminta ini dan itu, meminta dijadikan buah labu menjadi emas, berharap buah jambu mejadi segenggam berlian, bagaimana mungkin kita akan sanggup mensukuri nikmatNya, sedangkan sebiji jambu saja kita tidak sudi untuk menyatakan termakasih, apalagi mensukurinya.


Read more

Dewi Kunti Yang Selalu Berbahagia





Dewi Kunti adalah inspirasi bagi saya, walaupun hidupnya si Dewi Kunti ini di hindari oleh manusia, di kurung dengan kesepian, hanya waktu malam hari saja ia di izinkan keluar, ia jarang sekali menunjukan penderitaannya, apalagi membuat jumpa pers untuk mempublikasikan derita dirinya agar di ketahui oleh halayak umum, curhat melalui jejaring sosial, membuat status di wall menceritakan kesendiriannya, ia sama sekali tidak memerlukan itu semua, Dewi Kunti sudah berbahagia dengan deritanya, bahkan bukan tangisnya yang terkenal, justru malah tertawa khasnya  menjadikan ia melegenda.
Keteguhan hati yang menjadikan apapun bentuk bentuk derita yang di temuinya dijadikan bahan tertawa, cara berfikir yang benar dalam memaknai semua adegan kehidupan yang di saksikan sebagai tontonan yang harus diberikan sentuhan arti dengan kearifan, tidak ada derita, yang ada adalah bentuk kemesraan dengan Allah dan hambaNya, tidak ada kesenangan yang ditemuinya yang ada hanya ujian yang sedang berlangsung. Semuanya adalah permaianan semata dan pasti ada batas sebagai penanda game over kah? Atau akan berlanjut kepada level yang lebih tinggi lagi. 
Kesenangan dan penderitaan hanya bagian dari lelengkap urip, ibarat seperti garam di tengah tengah sayur asem yang di sajikan di sebuah mangkok, ketika kita memakannya bukan berarti kita bertujuan memakan garam., tapi bayangkan jika sayur asem tanpa garam, kalau kata bang Haji Rhoma “bagai taman tak berbunga.”
Derita itu penting, kesialan juga dibutuhkan, sakit di perlukan untuk mengukur ketangguhan diri kita dalam berkelana di kehidupan ini, puasa satu satunya ibadah mahdoh yang cukup memberikan penjelasan tentang arti derita ini, Allah memerintahkan perut kita lapar seharian sedangkan biasanya perut kita ini setiap hari terisi oleh berbagai macam makanan yang kita jejalkan begitu saja kedalam perut. Lapar itu ternyata baik, bahkan wanaqsim minnal amwali wa angfusi wa tsamarot adalah bagian indikator untuk menjadikan kita termasuk yang Allah sebutkan muhtadin, golongan muhtadin ini bisa kita ikut nimbrung didalamnya dengan syarat kekurangan dari berbagai bentuk aksesoris kemewahan hidup.
Kemarin ini saya mendengar kabar salah satu teman saya yang tinggal di kota serbang sana menderita struk, ia kemudian di rawat dirumah sakit, dan menjalani rawat inap, selidik punya selidik ternyata sakitnya disebabkan karena ia makan daging kambing, yang menyebabkan darah tinggi, setengah dari tubuhnya lumpuh total. Ternyata, semakin  perut ini sering di jejali oleh berbagai macam makanan semakin mudah di serang penyakit, tubuh akan lebih mudah merasa letih dan lemah,  jadi ternyata menderita itu adalah baik dan sangat menyehatkan untuk kesehatan jiwa dan raga.
Bisa jadi karena alasan inilah teman teman saya sering menertawai penderitaan yang sempat menghampirinya, mungkin baginya derita itu lucu, dan sangat menggemaskan, jadi salah besar jika ada orang yang dengan menderita bermuram durja, begitulah madzhab mereka, seharusnya apapun bentuk derita yang sempat mampir ditertawai supaya ia cepat berlalu. Kalau derita itu membuat kita gundah biasanya teman teman saya ini membacakan kalimat inna ma’al ushri yushro fa inna ma’al ushri yusro dan masih banyak lagi kalimat kalimat sakti yang lainnya, misalkan Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun “sesungguhnya penderitaan dan kesenangan ini milik Allah, dan akan kembali ke pada Allah.”
Kalau ngomongin kesengsaraan dan penderitaan memang tidak ada habisnya, dan sangat banyak refresnsi yang bisa di jadikan amsal dan ilmu karena lingkunan kita saja sebenarnya adalah derita yang terlahir dari kehancuran akhlak para pemimpin negeri ini. kebodohan yang tercipta dari sistem pendidikan yang di buat berdasarkan kepentingan sepihak, kelaparan dan kemsikinan yang menjadi pemandangan sehari sehari merupakan produk dari ketidak adilannya pemegang amanah negeri ini, tapi sudahlah tidak perlu di diskusikan lebih panjang lagi, toh mereka juga sudah mampu menimkati kehancuran kehancuran itu semuanya.

Karena di sekolahan, universitas, dan pesantren tidak di ajarkan jurus bagaimana melawan “derita” ini, atau memang tidak ada kalau mencari di lokasi tersebut. jadi memang harus mencari di tempat yang lain, mungkin adanya di lokasi pemakaman atau di hutan, dimana biasanya Dewi Kunti ini sering menampakan dirinya. Dewi Kunti adalah sosok demit yang tidak pernah merasakan kesedihan, ia hanya tertawa dan tertawa saja walaupun manusia menghindarinya. Saya pikir belajar dari apapun tidak salah asalkan berdampak manfaat untuk siapa saja yang bisa mengambil hikmahnya.
Read more

Maqolah




إذا اردت أن تستأنس بالله فاستوخش من نفسك
Apabila kamu ingin lebih cinta kepada Allah, maka kalahkanlah rasa cintamu terhadap dirimu sendiri


لوذقتم حلاوة الوصلة لعرفتم مرارة القظيعة
Apabila kamu telah merasakan  nikmatnya dekat dengan Allah, niscaya kamu tahu  bagaimana rasanya jika jauh dariNya


إن الله لم يحجب عن خلقه ، إنما الخلق احتجبوا عنه بحب الدنيا
sesungguhnya Allah tidak terhalang dari mahlukNya, terhalangnya Allah  dikarenakan mahlukNya cinta terhadap dunia
Read more

Imam Junaed al Baghdadi



Al-Junaid bin Muhammad bin al-Junaid Abu Qasim al-Qawariri al-Khazzaz al-Nahawandî al-Baghdadi al-Syafi'i, atau lebih dikenal dengan Al-Junaid al-Baghdadî, (lahir sekitar tahun 210 H di Baghdad, Iraq, la berasal dari keluarga Nihawand, keluarga pedagang di Persia, yang kemudian pindah ke Iraq. Ayahnya, Muhammad ibn Al-Junayd. Ia adalah murid dari Sirri al-Saqati dan Haris al-Muhasibiwafat pada tahun 298 H), tempat ia belajar hukum Islam mazhab Imam Syafi'i, dan akhirnya menjadi qadi kepala di Baghdad. Dia mempelajari ilmu fiqh kepada Abu Tsur al-Kalbi yang merupakan murid langsung dari Imam Syafe'i
Al-Junaid mempelajari ilmu tasawuf dari pamannya sendiri, Syekh as-Sari as-Saqti hingga pada akhirnya ketinggian ilmu Al-Junaid menjadi dirinya sebagai ulama yang memiliki banyak murid dan pengikut. Demikianlah, bahwa kecintaannya terhadap ilmu tasawuf sangatlah tinggi, hal ini diungkapkannya dengan berkata: “Apabila saya telah mengetahui suatu ilmu yang lebih besar dari Tasawuf, tentulah saya telah pergi mencarinya, sekalipun harus merangkak.
Salah satu murid Al-Junaid adalah Mansur al Hallaj  Pada suatu saat ia mengalami dilema yang sangat berat untuk diputuskan. Hal ini terjadi, ketika ia menerima gugatan pengaduan tentang kesalahan dan penyimpangan Al-Ḥallaj dalam pemikirannya. Pada satu sisi, ia sangat memahami pemikiran dan gejolak spritual yang dirasakan oleh Al-Hallaj. Namun ketika Al-Hallaj banyak mengumbar pernyataan spritual (shathaḥat) yang membuat umat Islam yang awwab menjadi bingung. Berdasarkan keputusan sidang pengadilan, ia terpaksa, dalam kedudukannya sebagai kepada Qadi Baghdad, menandatangani surat kuasa untuk menghukum mati Al-Hallaj. Pada surat itu ia menulis “Berdasarkan syari’at, ia bersalah. Menurut hakikat, Allah Yang Maha Mengetahui.

Al-Junaid dikenal sebagai tokoh sufi yang sangat menekankan pentingnya keselarasan antara praktik dan doktrin tasawuf dengan kaidah-kaidah syari’at. Salah satu ungkapan Al-Junaid tentang ilmu tasawuf yang dikutip oleh al-Kūrânī dalam Itḥâf al-dhakī adalah ucapannya: “pengetahuan kami ini terlepas dari al-Qur’an dan al-Sunnah.” Dengan ini mengindikasikan bahwa ajaran tasawuf menurut Al-Junaid haruslah tidak bertentangan dengan al-Qur’an dan al-Sunnah. 

sumber: wikipedia
Read more